Berhubung tulisan saya untuk KompetiBlog tidak kunjung rampung, sedang deadline sudah di depan mata, saya memutuskan untuk mengambil cuti. Rencananya saya akan duduk di depan laptop selama jam kerja dan hanya keluar untuk makan siang, persis seperti di kantor. Ini adalah kompetisi blog pertama saya dan saya ingin membuat sebuah tulisan sebaik mungkin. Hmmphh... Sepertinya bukan hanya untuk kompetisi blog, saya ingin semua hal berjalan sesempurna mungkin. Hate being such a perfectionist person.
Mama yang tidak mengerti apa yang sedang saya kejar dan kerjakan nampak senang melihat anaknya mengambil cuti dan menghabiskan waktu di rumah di kamar. Beberapa kali beliau keluar masuk kamar, tapi tak pernah saya hiraukan. Sampai akhirnya beliau duduk dekat saya yang sibuk mengetik, tidak minta diperhatikan, hanya ingin saya mendengar cerita tentang kehidupannya. Saya menyerah, dan akhirnya mengobrol dengan mama, walau pikiran ini masih berada dalam tulisan yang masih setengah jadi. Mama tampak senang dan bercerita dengan semangat. Saya juga bahagia bisa menghabiskan waktu, yang sayangnya hanya sebentar, bersama mama.
Beberapa menit kemudian mama menyudahi obrolan kami, sepertinya maklum dengan kesibukan saya dan tak ingin mengganggu lebih lama lagi. Saya pun kembali sibuk menyelesaikan tulisan. Sampai akhirnya saya menjerit sejadi-jadinya karena file tulisan yang sudah rampung terhapus, tanpa ada back up. Badan saya langsung lemas, rasanya ngga sanggup jika harus mengulang tulisan dari awal, belum lagi besok harus kembali kerja. Mama datang ke kamar saya, bertanya apa yang sedang terjadi, dan hanya bisa memandang saya lalu berkata "Mama ngga bisa bantu apa-apa teh, mama kan ngga ngerti". Saya hanya melempar senyum pahit untuk menanggapi perkataan beliau.
Setelah mengotak-atik panik, akhirnya tulisan saya kembali. Alhamdulillah kerja keras saya bisa terselamatkan. Tinggal dirapihkan sedikit dan siap di publish. Samar-samar dari luar kamar, mama mengajak saya membeli bajigur yang lewat di depan rumah. Minuman berbahan dasar santan dan gula aren ini memang favorit kami sekeluarga saat berkumpul di rumah, lengkap dengan berbagai camilan pendampingnya, papais pisang, getuk, atau ubi rebus. Saya menolak halus tawaran mama, dan beliau keukeuh menawarkan camilan untuk menemani saya merampungkan tulisan. Saya tidak menanggapi sama sekali perkataan mama, terlalu sibuk mengetik. Toh saya juga sudah bilang tidak kan untuk tawaran menikmati bajigur plus cemilan pendampingnya itu.
Mendekati ashar, postingan akhirnya selesai. Saya keluar kamar untuk merenggangkan kaki yang terlalu lama terlipat di depan laptop. Saat melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu Zuhur yang hampir habis, saya melihat gelas kesayangan di atas meja makan. Rasanya saya belum memakai gelas ini dari pagi. Ketika membuka tutupnya, terlihatlah bajigur panas yang mama beli tadi siang sudah menjadi dingin di gelas kesayangan saya. Di meja makan juga tersedia beberapa camilan untuk saya makan sambil menikmati bajigur. Ahh mama... saya merasa sangat berdosa sudah mengacuhkan perhatian mama yang demikian besar.
Mama tau, mama ngga bisa bantu kamu apa-apa.
Mama juga ngga ngerti apa yang lagi kamu kerjakan.
Tapi mama hanya ingin kamu tahu, mama selalu mendukung kamu.
Mama ngga perlu mengatakan itu langsung kepada saya. Melihat bentuk perhatiannya saja saya sudah dapat menangkap makna yang ingin beliau sampaikan. Rasa bajigur yang seharusnya manis jadi terasa asin karena bercampur dengan air mata saya yang merebak. Ahh mama... apa yang bisa saya lakukan untuk menunjukkan betapa saya juga sangat menyayangi mama. Apa yang bisa saya lakukan untuk membalas semua perhatian dan kasih sayang yang telah mama beri selama 24 tahun saya hidup di dunia ini?
Aku sayang mama....
Selalu sayang mama.
Maafkanlah semua perilaku diri ini yang telah menyakiti hati mama.
Saya jadi merenung. Mengapa anak kecil sering menangis? Karena mereka meminta perhatian dari sang mama. Mereka ingin dimanja, disayang, diperhatikan. Mereka takut jika mama pergi tanpa mengajak ikut serta, walau mama hanya pergi sebentar. Mereka merasa tidak aman. Sekarang keadaan berbalik, mama yang meminta perhatian dari kita. Mama yang cemas jika sang anak belum tiba di rumah padahal hari semakin larut. Mama menjadi cerewet dengan kehidupan pribadi kita semata-mata karena beliau mengkhawatirkan kita. Dan beberapa kesedihan mama yang tidak terlihat dan tidak terdefinisikan karena dia tidak lagi mengerti dunia sang anak.
Ahh mama.....
Ahh mama.....
Suatu saat nanti saya juga akan merasakan apa yang sekarang mama rasakan ya.