Science? Ergh, rasanya langsung malas kalau mendengar kata tersebut. Walaupun bentuknya hadir dalam format sebuah festival film tetap saja hati ini tidak tergerak untuk mendatanginya. Science? Duh, kuping rasanya langsung panas dan kepala ikutan cenut-cenut. Tapi apa iya akan selalu seperti itu?
Science Film Festival pertama kali diselenggarakan di Bangkok tahun 2005 dengan tujuan mendorong kaum muda untuk memiliki minat dan rasa ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan. Festival ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa proses belajar dan hiburan dapat dikombinasikan secara efektif lewat media film dan televisi. Tahun ini untuk pertama kalinya Science Film Festival akan diadakan secara serentak di Thailand, Kamboja, Indonesia, Laos dan Filipina.
Venue Science Film Festival Indonesia dibagi ke dalam empat tempat: Blitz Megaplex Pacific Place, Universitas Paramadina, PPIPTEK TMII, dan Goethe-Institut. Dari tanggal 16 - 30 November digelar berbagai film dan acara televisi dari 11 belahan negara secara free screening. Semua film telah disulih suarakan dalam bahasa Indonesia jadi tidak perlu ragu mengajak adik atau keponakan kecil kita yang belum lancar membaca teks. Seluruh film juga diikuti dengan percobaan dan kuis, tentunya ada hadiah menarik untuk peserta yang berani menjawab.
Mengangkat tema Keanekaragaman Hayati, Science Film Festival Indonesia mencoba menumbuhkan kecintaan pada lingkungan kepada anak-anak. The Blue Wonder - The Island World of Raja Ampat menampilkan kekayaan varietas hewan laut di Pulau Raja Ampat, Papua Nugini. Pertama penonton dimanjakan dengan pemandangan bawah laut yang eksotis dan warna-warni berbagai binatang laut yang mempesona. Kemudian film ini menyorot kebudayaan masyarakat adat yang menangkap ikan hanya untuk kebutuhan keluarganya, sebuah tradisi dan adat lama yang secara tidak langsung bertujuan untuk menjaga ekosistem laut. Sebagai penutup ditampilkan ancaman-ancaman yang dihadapi ekosistem laut Raja Ampat karena penangkapan ikan besar-besaran dengan tujuan komersial dan beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegahnya.
Science Film Festival memang mencoba mendobrak paradigma science adalah sebuah hal yang membosankan dengan menampilkan film yang cerdas tapi tetap menghibur. Beberapa film memang berhasil mengusung misi tersebut dan beberapa lainnya gagal. Untuk sasaran penonton anak-anak usia 9-16 tahun, beberapa film yang diputar terlalu berat untuk dicerna sehingga penonton beralih ke kegiatan lain yang lebih menyenangkan: mengobrol atau tidur.
Science Film Festival
KidsFfest
Tampilan poster Science Film Festival terlihat kaku dan jauh dari kesan fun. Coba bandingkan dengan poster KidFest yang menggambarkan keceriaan dan semangat anak-anak. Jika anak-anak disuruh memilih diantara dua poster tersebut (diluar tema film yang disajikan kedua festival tersebut), mereka sepertinya lebih tertarik datang ke KidsFfest yang posternya terlihat lebih playful. Selain itu, walau digelar secara free screening namun terlihat masih banyak kursi kosong dalam studio. Sangat disayangkan karena festival film berskala Internasional ini belum dimanfaatkan dengan maksimal.
Seharusnya anak-anak tidak perlu takut lagi dengan kata science karena science tampil dengan bentuk yang lebih menyenangkan. Beberapa kendala yang terlihat dalam pelaksanaan perdana tentu masih bisa ditolerir dan dijadikan pembelajaran untuk pelaksanaan di tahun berikutnya sehingga Science Film Festival dapat hadir tidak hanya cerdas, tapi juga menyenangkan.