Travelinglah Selagi Masih Muda. Sebelum Menyesal

Round Merry, round!


Alarm Hp berbunyi lagi, sudah untuk keempat kalinya saya memilih mode snooze ketimbang mematikan alarm dan mulai beranjak dari hangatnya pelukan selimut. Selang beberapa menit lagi alarm tersebut akan berbunyi kembali disertai dengan teriakan mama dari dapur dengan kata-kata ancaman "Udah siang teh". Yeah hiperbolis abis, jelas-jelas azan subuh baru selesai berkumandang. Sambil meringkuk malas saya mengingat-ingat, hari apa ini? Ah, masih hari Rabu. Akhir pekan masih lama sekali. Hari ini pengen telat masuk kantor aja rasanya, atau sekalian bolos nggak masuk kerja, saya masih pengen tidur, tidur yang panjang dan lama, untuk mengistirahatkan badan dan jiwa ini. Saya cape!

*****

Jam 7 pagi. Tidak ada semangat ataupun keceriaan pagi hari yang dapat membangkitkan mood sebelum menghadapi pekerjaan kantor. Dengan bosan saya mengganti-ganti frekuensi radio untuk mencari lagu yang dapat mengubah peruntungan perasaan saya di pagi ini, sampai akhirnya saya menyerah setelah hampir seluruh frekuensi saya jelajahi tanpa menemukan satu pun siaran radio yang cukup menyenangkan. "Doh, kenapa semuanya muter 'playlist' sih? Setiap hari pasti lagu yang sama yang diputer, kayak nggak ada lagu lain untuk diputer aja", dengan putus asa saya mematikan radio dan memutar playlist pribadi. Tanpa senyum di wajah dan langkah malas-malasan saya menyusuri jembatan Semanggi menuju halte Bendungan Hilir untuk berganti busway ke arah Kota. 

Halte Bendungan Hilir penuh! "As usual", keluh saya dalam hati. Setelah beberapa lama menunggu dan sampai ke antrian depan datang sebuah busway kosong datang. Alhamdulillah, Tuhan masih baik sama saya hari ini walau sepanjang pagi tadi saya terus-terusan manyun. Sebuah senyum di bibir akhirnya terkembang saat saya dipersilakan masuk oleh petugas busway, senyum pertama di pagi ini. Sayang senyum tersebut tidak bertahan lama saat saya mendengar petugas tersebut berkata "Hanya sampai halte Harmoni". Crap!

Ah, biarkanlah saya menikmati sekelumit pagi ini di atas busway yang lengang minim penumpang. Mungkin suasana yang tidak terlalu ramai dapat membawa sedikit kedamaian untuk hati saya yang sedang jenuh. Di beberapa halte selanjutnya tidak banyak penumpang yang naik, kebanyakan penumpang itu enggan berganti busway lagi di halte Harmoni yang penuh sesak dan lebih memilih untuk menunggu bus selanjutnya yang menuju Kota. Playlist di ponsel dengan setia masih memutarkan lagu-lagu dari Owl City, bahkan Owl City sekalipun tidak bisa diharapkan untuk bisa menghibur saya pagi ini. 

Memasuki kawasan Sudirman yang dipadati bangunan pencakar langit yang berdiri berdesakan, Adam Young menyanyikan lagu Stawberry Avalanche,

"This is a world of dreams and revery
Where I felt the stars explode around me
A grass blade flashed with a gleam as it slashed open a moonbeam
And I stared back breathlessly
As mountains of fruit tumbled out I barely had the chance to shout
A strawberry avalanche crash over me"

entah karena irama lagu yang fun atau liriknya yang penuh imajinasi, sebuah senyum kembali terulas di wajah saya. Senyum kedua di pagi ini. Di atas busway yang masih melaju dan diantara suara Adam Young yang masih bernyanyi akhirnya saya bertanya kepada diri sendiri, "Gue kenapa sih?". 

"Gue kenapa sih?". Kenapa akhir-akhir ini saya tidak bisa bersyukur dengan apa yang dimiliki, kenapa saya dengan mudahnya marah tersulut emosi dan dengan senang hati mengeluarkan kemarahan tersebut dalam bentuk omelan yang bisa berlangsung panjang non-stop tanpa jeda, kenapa semua terlihat salah dari mata saya, kenapa hidup saya mendadak jadi monoton, kemana hilangnya passion hidup yang selama ini selalu saya agung-agungkan, hingga pertanyaan utama itu pun hadir di kepala, "Kenapa akhir-akhir ini gue merasa nggak bahagia dan ngerasa nggak berguna?"

*****

Ada sesuatu yang salah dalam hidup saya. Ada sesuatu yang hilang dari hidup saya. Saya lelah secara mental dan fisik. Saya terlalu kelelahan sehingga tidak mampu menulis lagi, beberapa draft tulisan menumpuk tanpa pernah mampu diselesaikan dan dipublikasikan. Saya tidak bisa berpikir dengan baik, saya merasa semua tulisan saya tidak pernah cukup baik dan saya terus menerus mengedit kalimatnya sehingga tulisan tersebut tidak pernah rampung. Saya tidak mampu lagi menulis sepulang bekerja, walau tenaga masih tersisa untuk menulis namun semua itu akan berakhir dengan saya bengong di depan layar komputer. Bukan, ini bukan masalah saya tidak bisa menulis lagi, tapi saya telah kehilangan gairah untuk menulis. Seperti juga saya mulai kehilangan gairah untuk banyak hal lainnya. Saya benar-benar lelah secara mental dan fisik. 

Sementara otak terus berkecamuk dengan banyak pikiran yang tak tentu arah, Adam Young selesai menyanyikan Stawberry Avalanche. Buru-buru saya memutar kembali lagu tersebut, saya masih membutuhkan banyak suntikan semangat pagi ini. Saya memang lelah secara mental dan fisik. Namun lebih daripada itu saya pun sadar bahwa hidup saya sekarang kering, hampa, dan kosong. Akhir-akhir ini saya sering bertanya pada diri sendiri juga kepada Tuhan, apa makna dari hidup saya? Apa arti dari hidup saya? Apa yang harus saya lakukan dalam hidup ini? Saya kehilangan arah dan petunjuk, saya tidak tahu harus melakukan apa. Gairah dalam hidup ini seperti menguap dengan mudahnya, seperti tidak ada lagi passion yang ingin saya kejar atau lakukan. 

Matahari pagi dengan senang hati membagikan cahayanya kepada penduduk Jakarta pagi ini. Seberkas cahaya masuk lewat jendela busway, kilaunya menyilaukan mata dan refleks kelopak mata saya terpejam untuk mengurangi kekuatan sinarnya. Cahaya yang tertangkap mata berubah menjadi warna oranye kemerahan. Saya tersenyum lagi, senyum ketiga di pagi ini. Matahari seperti sedang bermain petak umpet dengan saya, dia bersembunyi saat busway melewati jejeran gedung pencakar langit namun kembali menembakkan cahaya lembutnya saat dia menemukan celah diantara gedung tersebut. "Bukankah kebahagiaan bisa timbul dari hal yang paling sederhana?", hati kecil saya bertanya dan senyum ini dapat terkembang sedikit lebih lama. "Kenapa harus memikirkan hal-hal rumit untuk bisa bahagia? Tidak perlu melakukan hal-hal besar, tidak perlu menjadi yang 'ter' untuk segala hal, tidak perlu membandingkan hidup sendiri dengan hidup orang lain, tidak perlu terlalu 'kepo' mengejar banyak hal dalam hidup ini", kata-kata ini berlompatan di dalam kepala seolah saya sedang menegur diri sendiri. Saat melewati bunderan HI, saya dan matahari bertatap muka, kali ini saya tidak menutup mata, tapi saya memandangnya dan tersenyum "Selamat pagi matahari, thanks for brightening my day". 

*****

Mungkin roda kehidupan saya sedang berada di bawah. Mungkin saya sedang berada dalam titik jenuh. Jika memang saya lelah secara mental dan fisik biarkan tubuh dan raga ini rehat sebentar, mungkin hanya hal sesederhana itu yang dibutuhkan. Jika saatnya tiba, saya akan bersemangat kembali mengejar banyak hal dalam hidup ini. Bermimpi ini itu, berusaha mewujudkannya, dan mendapatkan kembali passion dalam hidup ini. Busway yang saya tumpangi sudah masuk ke halte Monas, lebih baik saya turun dan berganti bus disini. Adam Young selesai menyanyikan Stawberry Avalanche untuk yang kesekian kalinya, untuk kali ini saya tidak memaksanya menyanyikan lagu yang sama, biarkan dia maju menyanyikan lagu yang lain. Senyum di wajah terus terkembang, seakan saya baru mendapat pencerahan dalam perjalanan singkat Bendungan Hilir - Monas. Mungkin roda kehidupan saya sedang berada di bawah, tidak apa, saya akan menjalaninya seperti saat roda kehidupan saya ada di atas. "Round Merry, round!" sorak saya dalam hati dan mengayunkan langkah dengan lebih ringan. Hidup ini sederhana bukan :)

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Round Merry, round!