Saya hanya salah satu orang yang jatuh cinta dengan Belitung setelah melihat film Laskar Pelangi. Mengunjungi Belitung sudah masuk dalam bucket list saya sejak film tersebut rilis dan baru terwujudkan pertengahan November lalu dengan bermodalkan tiket promo Citilink. Jujur saja, hati saya ketar-ketir dengan pilihan waktu yang kurang menguntungkan. November sudah masuk musim penghujan dan bahkan guide saya di Belitung pun sudah mewanti-wanti kalau pulau kecil tersebut selalu hujan sejak awal November. Saya tahu dengan pasti laut tidak pernah baik saat musim penghujan, namun toh saya tetap memutuskan untuk berangkat.
Cuaca masih tidak mendukung sampai hari keberangkatan saya. Jakarta dirundung hujan deras sejak tengah malam buta dan menyisakan gerimis ketika pesawat saya tinggal landas. Tidak sampai satu jam kemudian saya sudah mengudara di atas langit Belitung. Matahari mulai menampakkan sinarnya dan membawa hangat yang keemasan. Dari atas terlihat jelas jejak-jejak kolam kaolin sisa tambang yang telah ditinggalkan. Warna biru hijau air yang memenuhi kolam kontras dengan putihnya tanah sisa tambang yang menumpuk. Bopeng di atas bumi Belitung ini anehnya terasa memesona sekaligus memikat. Selanjutnya barisan sejajar pohon sawit memenuhi pemandangan di bawah sana. Ah Belitung, ternyata pulau ini juga telah terinvasi proyek hutan kelapa sawit yang bahkan pemilik utamanya pun bukan orang Indonesia. Lagi-lagi masyarakat Belitung menjadi buruh di tanahnya sendiri.
Pesawat saya kemudian mulai mempersiapkan posisi landing, bagian yang paling saya benci dari sebuah penerbangan. Setelah roda ban berdecit dan perut saya seketika terasa mual, terlihat satu sapuan kuas Tuhan dari jendela pesawat yang membuat saya terpana dan ingin loncat dari pesawat sesegera mungkin. Sebuah pelangi menghiasi langit Belitung, hadiah dari Tuhan setelah menurunkan hujan deras dari malam sebelumnya. Langit masih terlihat mendung dengan awan yang berat membawa uap air, saya tahu tak lama lagi hujan akan kembali tercurah di bumi Belitung. Namun hujan juga telah menciptakan pelangi di sebuah tempat yang disebut Andrea Hirata sebagai Negeri Laskar Pelangi.
Haruskah saya menyesali keputusan untuk menyambangi Negeri Laskar Pelangi saat musim penguhujan tiba?
Rasanya tidak.
Rasanya tidak.
Pelangi ganda di langit Belitung