Travelinglah Selagi Masih Muda. Sebelum Menyesal

Groundstaff ku sayang Groundstaffku Malang

suasana pemadaman kebakaran di terminal 2E Soekarno Hatta


Denger cerita kebakaran terminal 2E tanggal 5 Juli kemarin?
kalau belum bisa baca disini http://metro.tempo.co/read/news/2015/07/06/064681343/kebakaran-bandara-soekarno-hatta-bermula-dari-oven

pasti tau jugakan gimana hebohnya pemberitaan di televisi soal penumpang yang ngamuk ngamuk dan soal lumpuhnya hampir semua penerbangan Garuda Indonesia dari pagi dan baru berangsur pulih bahkan sampai H + 1 alias keesokan harinya?

saya mengalaminya?
alhamdulillah Allah Maha Baik, kekacauan ini terjadi saya sedang menikmati panasnya sengatan matahari di Rijkmuseum Amsterdam, tapi bukan berarti path saya tidak ramai dengan cerita teman teman yang harus terbang di hari itu.
bagaimana cerita mereka harus standby didalam pesawat dari jam 7 pagi tanpa tau harus terbang kemana dan tidak tau ada cerita apa dibandara. mungkin banyak dari penumpang yang tidak peduli, toh buat mereka urusan yang ada hanya sebatas saya tidak mau tahu apa yang terjadi tapi saya mau terbang ke tujuan saya karena banyak hal. mereka lupa ada banyak pekerja yang juga ingin pekerjaannya segera selesai agar bisa berkumpul dengan keluarga mereka dan yang lebih penting semua orang tidak ingin ini terjadi.

salah satu yang jelas menjadi garda terdepan di bandara adalah petugas darat atau groundstaff yang bertugas memenuhi kebutuhan penumpang sebelum mereka naik ke atas pesawat dan bertemu dengan kami para pekerja udara. pekerja yang berada diposisi serba salah, percaya deh, kadang penumpang yang membawa kemarahannya ke pesawat merasa bahwa mereka tidak bisa menyelesaikan masalah mereka pada saat bertemu dengan groundstaff, alhasil mereka kena semprot diawal oleh penumpang dan kemudian tentu saja penumpang ini melanjutkan misi marah marahnya dipesawat.

penerbangan telat karena urusan dokumen atau karena mereka kehilangan penumpang yang entah dimana rimbanya, lagi lagi para pekerja darat ini yang menjadi sasaran kemarahan captain dan tentu saja penyelia awak kabin yang merasa bahwa mereka tidak bekerja dengan baik. Tidak hanya mereka, kadang sayapun *blushing* suka marah marah sama mereka karena urusan bagasi yang sama sekali tidak di sweeping, bagasi yang bertumpah ruah di cabin pesawat yang hanya mampu menampung sedikit dari barang bawaan mereka.

namun kejadian 5 juli kemarin membuat saya sedikit berpikir, membuat saya akhirnya membuka mata bahwa resiko pekerjaan ada dimana dimana, namun tolerasi sebesar apa yang mampu kita berikan dan empati macam apa yang bisa kita sampaikan..

seorang teman menulis di path, bagaimana ketika akhirnya mereka dapat melanjutkan proses boarding dan mengantar penumpang yang sudah marah marah karena keterlambatan berjam jam, diakhir boarding naik seorang petugas darat yang tergopoh gopoh dengan muka lelah dan baju acak acakan. ditangannya ada sebuah jam tangan yang sudah pecah kacanya. wajahnya tidak menyiratkan apapun, sampai ditanya dan mukanya berubah menjadi berkaca kaca. jam tangan rusak itu menjadi saksi bagaimana anarkisnya penumpang yang tidak mengerti apa yang terjadi.
dia pun bercerita bahwa keadaan diluar sungguh diluar kendali, bagaimana penumpang menarik narik setiap groundstaff yang melintas, menguasai HT yang menjadi satu satunya alat komunikasi mereka karena ruang server terbakar dan semua harus dilakukan secara manual, penumpang pun menghancukan komputer yang ada dan memperlambat semua proses. 

saya menyalahkan penumpang? Tidak, sama sekali tidak. tapi pantaskah apa yang mereka lakukan?

saya pun hanya membatin, dulu waktu ada kejadian di terminal saru dengan airlines tetangga saya merasa bahwa itu wajar saja, toh penumpangnya beda segmentasi dan saya merasa bahwa penumpang saya tidak akan seperti itu karena mereka berada dikelas segmentasi yang berbeda. saya merasa bahwa penumpang saya pasti akan lebih cerdas dan tidak akan menjadikan kemarahan, kekerasan sebagai sebuah solusi, saya dan semua rekan rekan yang bertugas hari itu menyadari bahwa mereka lelah, marah dan kecewa dengan kejadian ini, kejadian yang bahkan bukan sama sekali disebabkan oleh maspakai kami sendiri namun disebabkan oleh tata ruang dan penanganan area komersial di area bandara. namun saya lupa, manusia hanyalah manusia dengan sifat dasar yang sama tidak peduli seberapapun pendidikannya.

dan ketika saya mendarat dari Amsterdam satu hari setelahnya, saya melihat groundstaff yang masih berlarian kesana kemari demi mengejar flight agar segera berangkat dan pesawat lainnya dapat bersiap untuk mengangkut penumpang, wajah mereka terlihat lelah, mereka terlihat seperti sudah tidak mampu lagi menopang diri namun kewajiban atas nama pekerjaan membuat mereka bersemangat. 

ketika saya melintaspun sebagian dari mereka sudah duduk dengan muka kelelahan di selasar kedatangan, "belum pulang dari kemarin" begitu jawab mereka ketika saya tanya apa kabar. 

groundstaff yang perannya terlupakan, dianggap pegawai rendahan, sebenarnya adalah orang yang berjasa ketika hal ini terjadi. bagaimana mereka harus berjuang menghadapi penumpang sampai akhirnya merekapun harus dievakuasi agar tidak menjadi sasaran amarah penumpang.

sayapun menyadarinya bahwa kadang kami sombong bahwa tidak akan berjalan pesawat tanpa ada awak kabin yang berusaha keras, tanpa ada awak pesawat yang mau menerbangkan pesawat. disana kami lupa bahwa ada sosok groundstaff yang mengatur ini semua dan memastikan semua berjalan dengan lancar. kerja keras mereka membawa kami lebih dekat dengan rumah, kemampuan mereka mempecepat proses boarding menjadi kesenangan kami karena kami akan lebih cepat bertemu dengan orang yang kami cintai.

setiap pekerjaan punya resiko masing masing, setiap pekerjaan punya kendala masing masing dan setiap orang punya ego nya masing masing..

semoga hal ini tidak akan terjadi lagi, semoga kedepannya kami dapat lebih bersinergi dengan pekerjaan kalian..

dan teruntuk para pekerja darat dibandara manapun kalian berada, kalian hebat, kalian kuat dan saya yakin kalian mampu membantu kami membawa penerbangan indonesia semakin tinggi dan semakin dikenal dunia


XoXo

RienjaniRina



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Groundstaff ku sayang Groundstaffku Malang